Orde Lama
Di
Indonesia pada era tahun 60-an,ketika Soekarno masih berkuasa, perkembangan
musik sangat dipengaruhi kebijakan politik.Saat itu,Soekarno yang berkuasa
mengambil poros Jakarta-Beijing-Moskow sebagai garis politik di masa perang
dingin,sehingga produk Amerika=Haram.
Musik
Underground pada kala itu dianggap "menyesatkan" dan
"kebarat-baratan",serta dilarang untuk dikonsumsi oleh pemuda
Indonesia.Band seperti Koes Ploes mendapat perlakuan represif dari aparat
keamanan dan beberapa radio yang memutar musik Underground ditutup.Petugas
keamanan rajin melakukan razia-razia ke tempat keramaian anak muda,apabila
kedapatan mengenakan setelan barat,pastinya ditahan.Dan apabila diketahui
menggelar acara musik Underground atau istilah Soekarno disebut musik "ngak
ngik ngok" pasti dibubarkan kala itu.
Sehingga
beberapa musisi lokal menggelar acara-acara musik Underground secara
tersembunyi dan terkoordinir.Mereka bergerilya dari satu rumah ke rumah yang
lain,untuk menghindari razia petugas.Dan dari sinilah awal lahirnya istilah
Underground di Indonesia.
“Nah
itu dia lahirnya Underground pada era orde lama,perjuangan pelik oleh pendahulu
kita ya?! Kita harus mengingat sejarah!”
Orde Baru
Pasca
pemerintahan Soekarno,segala bentuk kesenian barat mulai masuk dan ikut
mempengaruhi perkembangan musik Indonesia.Kebijakan politik yang diambil saat
itu lebih pada politik pencitraan bahwa Indonesia adalah negara demokratis yang
menerima keterbukaan.
Masuk
era tahun 1970,musik cadas tidak pernah menyebut dirinya sebagai komunitas
musik indie sebenarnya.Karena band semacam Led Zeppelin,Deep Purple,Black
Sabbath merupakan komoditas yang dianak-emaskan oleh industri major label
Amerika.Pada saat itu pula,Led Zepellin dan band lainnya membuat lahirnya
pionir awal pergerakan Underground Indonesia,seperti:Giant Step,God
Bless,Superkid,SAS dan banyak lagi.Tapi sayang,adopsi pada tahun tersebut hanya
musikalitas dan fashionnya saja,sementara isu-isu sosial yg terjadi sama sekali
tidak tersentuh.Mereka lebih memilih memproduksi karya dengan lirik yg dinilai
"aman" dan sebisa mungkin menghindari konflik dengan pemerintah yang
totaliter.
Fenomena
yang dihasilkan pada era ini hanyalah fenomena 'aksi protes' yang biasa
saja,pemakaian obat bius dan seks bebas.Sementara,stigma seniman Underground di
mata akademisi terkenal urakan,tidak mempunyai intelektualitas tinggi dan
bersikap apolitis.Sehingga beberapa gerakan mahasiswa pada saat itu tidak
melibatkan musisi secara aktif dan massive di tahun yang memang rawan kerusuhan
tersebut.Bila kesadaran untuk melakukan perubahan secara bersama-sama itu
dimunculkan pada era tersebut,sepertinya reformasi tdk perlu menunggu sampai
tahun 1998,bukan begitu?
Pada
intinya,era tahun 70-an sampai 80-an,Underground bukan pergerakan radikal
dengan menentang perubahan,karena pemerintah totaliter yang bersifat
memaksa.Karena hal tersebut,hingga sekarang stigma masyarakat umum mengetahui
musik Underground hanya sekedar bermain dan tidak memiliki makna.
Ujung Berung
Sebagai Kota Underground
Masuk awal tahun 1990 ketika akhir
era 80-an,arus globalisasi ikut melanda Indonesia,sehingga hal tersebut
berdampak bagi perkembangan musik dalam negri.Arus informasi yang kuat telah
mendorong beberapa majalah dan rilisan kaset Underground luar negeri masuk ke
negara kita,yep Indonesia.
Pada
era akhir 1980 dan masuk awal tahun 1990,di UjungBerung terjadi "shock
culture" akibat lahan agrarisnya disulap oleh investor menjadi lahan
industri yang polutan.Kultur bertani dan bercocok tanam yg kental dengan
suasana komunal tiba-tiba secara drastis diubah menjadi kultur buruh,sehingga
membuat mereka bersifat asosial.Hal ini jelas berdampak pada perilaku masyarakat secara umum dan muncul
konflik-konflik kepentingan
lokal dalam menyikapi masalah tersebut.
Pemuda
sebagai bagian dari struktur masyarakat,menyikapi masalah tersebut dengan
mencari saluran ekspresi yang dinilai dapat mewakili gejolak
perasaannya.Sehingga ‘Musik Metal’ dianggap media berekspresi yang dinilai
sesuai dengan kondisi keresahan mereka pada saat itu.Tampilan fashion yang
offensif dengan style musik yang bising mereka bergerilya melalui
festival-festival musik kala itu dengan mengusung semangat "kumaha
aing"(bagaimana saya).Salah satu bukti nyata,dari anak metal,punk
rock,musisi dan kolektor di Bandung adalah lahirnya sebuah komunitas yang
diberi nama “Bandung Death Brutallity
Area” atau disingkat BADEBAH.
Keikutsertaan
mereka dalam festival-festival tersebut lebih mengarah kepada pembuktian
eksistensi dan peryataan sikap yg resah.Dan pada saat itu,media-media mainstream
hanya memberitakan informasi musik yang monoton.Tahun 1993,terbentuk komunitas
musik ekstrim di Bandung.Mereka rajin membuka ruang-ruang diskusi dan menyikapi
realitas yg sedang terjadi terutama di tingkat lokal daerah mereka
(UjungBerung,Bandung-Indonesia).
Dari
sanalah mereka mulai menginvasi dari event kecil,seperti tampil dalam acara
kemerdekaan/”agustusan”,sampai pensi anak SMA,namun masih mendapat perlakuan
diskriminatif pada masyarakat umum.Band-band Underground kala itu diperlakukan
diskriminatif dari mulai jatah waktu yang dikorupsi,hingga diperlakukan tidak
professional oleh pihak sound system.
Namun
pada saat itu,parameter berekspresi adalah sesuatu yang belum dapat menembus
batasan-batasan pihak industri musik mainstream.Paradigma musik yang bagus kala
itu adalah musik yg berorientasi pada kebutuhan pasar dan masuk rating TV,serta
masuk jajaran top ten radio.Dari kondisi nyata itulah, komunitas Ujung-Berung
bercita-cita menampilkan event dengan semua jenis musik Underground di satu
panggung.
Untuk
memulai langkah awal mereka,maka digelar event bernama "Hullabalo #1"
pada tahun 1994 dan sukses digelar di GOR Saparua-Bandung,menampilkan
musik-musik Underground dari berbagai genre.Suksesnya event tersebut,membuat
komunitas UjungBerung mengadopsi konsep pergelaran musik,namun format musik
yang disuguhkan lebih jenis musik berdistorsi tinggi.
Dari
konsep tersebut,lahirlah Festival melegenda kota Bandung,yaitu "Bandung
Berisik #1" pada tahun 1995.Selain Bandung Berisik,lahir juga event lain
seperti Bandung Deathfest,Rebellion Fest,Rottrevore Death Fest yang secara
rutin digelar.Tahun 1996-1997 komunitas musik Underground Bandung mulai
mengalami masa perkembangan yang bisa dibilang sangat pesat.
Konsep
kolektivisme dan DIY mulai banyak direalisasikan,mulai dari perusahaan rekaman
indie,media informasi indie dan event organizer.Jenis karya musik yang
dihasilkan makin beragam dan cenderung makin agresif,lirik yang diciptakan
banyak menyentuh hal bersifat politis.
Pada
saat yang sama,industri musik mainstream sedang dilanda kejenuhan pasar,karena
pasca booming Slank dan Iwan Fals pada saat itu,tidak ada lagi fenomena musik
yang luar biasa dari permusikan sisi mainstream.Media-media mainstream,terutama
media cetak mulai kehabisan berita,sehingga mulailah menyorot komunitas
Underground di UjungBerung dengan segala dinamika pergerakannya kala itu.Hal
tersebut jelas berdampak sangat besar pada perkembangan musik Underground yang
seolah-olah disetting menjadi trend musik masa kini.Melalui peran media mainstream
pula,hingga akhirnya booming musik Underground ini mewabah ke seluruh kota di
Indonesia,sehingga lahirlah beberapa komunitas musik Underground di kota
Jakarta,Bali,Surabaya,Malang,Yogyakarta dan Medan sebagai awal penyebarannya.
Beberapa
pergelaran bertema musik Underground yang benar-benar khas mulai ramai dan
semarak digelar di kota-kota tersebut dengan peran dari masing-masing komunitas
di setiap daerah.Di kota Bandung sendiri,notabene barometer musik Underground
hampir setiap minggu digelar.GOR Saparua menjadi salah satu saksi,digelarnya event musik Underground
secara rutin.
Dinamika
pergerakan komunitas Underground sebagai bagian dari sebuah sub-kultur di
Bandung,membawa dampak pada sikap kemandirian ekonomi.Spirit pemberontakan mereka
telah mampu menyelesaikan beberapa persoalan sosial yang ada,khususnya dalam
hal penyediaan lapangan pekerjaan.Ekonomi mandiri yang mereka hasilkan
berupa,usaha sablon,distro,konveksi pakaian,studio rekaman,usaha
penerbitan,dll.
Pada
tahun 2008-2013,kota Bandung oleh british
council dijadikan proyek percontohan sebagai "creative city" di
kawasan Asia Pasifik.Bandung memang pantas,sebuah kota yang memang secara
budaya berhasil dibangun citranya oleh komunitas kreatif berbasiskan
indiependent.Proses pencapaian tersebut dilakukan atas dasar insting untuk
bertahan hidup,dalam menyikapi polemik yang terjadi.Jiwa yang kritis dan
semangat "pemberontakan" memanfaatkan potensi yang seadanya,namun
didukung oleh semangat kolektivisme tinggi.Meski tanpa daya dukung yang kuat
dari pemerintah berupa kebijakan dan fasilitas yang layak untuk mengespresikan
energi kreatif mereka.Didukung atau tidak,mereka tidak peduli, karena secara
sistem mereka telah teruji kemandiriannya.
Demikian
bahasan mengenai komunitas UjungBerung dengan segala pencapaian,kerja keras dan
juga harus dikelola dengan sinergi positif agar berkembang dan akhirnya
memberikan hal positif bagi masyarakat luas serta memberikan pengaruh besar
terhadap perkembangan musik ekstrim tanah air.
Sumber
: http://indonesianextremescene.blogspot.co.id/2014/12/pergerakan-orde-lama-orde-baru-musik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar